Kenaikan kekuatan akibat pembebanan, terjadi karena
pergerakan dislokasi dalam logam. Terjadi antara beban yield sampai beban
maksimum.
Dirumuskan sebagai :
σs
= k .ε
s n
dimana:
k = koefisien kekuatan
pada εs = 1
n = strain hardening eksponen
•n=1 untuk
material solid elastic
•n=0 untuk
material solid plastis sempurna
Perlu diperhatikan bahwa laju strain
hardening tidak sama dengan strain hardening eksponen.
Dari gambar dibawah ini
dapat ditentukan harga n dan k dengan meregresi linier daerah plastik, sehingga
diperoleh persamaan :
y
= 0.0713.x + 5.1577 σ
=143780.5ε 0.0713
Dimana,
n
= 0.0713
log
k = 5.1577
k
= 143780.5
Strain hardening
eksponen (n) menunjukkan bagaimana kelakuan material/logam ketika dibentuk
Material dengan harga n yang besar
mempunyai formability yang lebih baik
dibandingkan material dengan harga n
yang kecil.
A = 0% cold work or 0
true strain
¼
H = 10.9% cold work or 0.116 true strain
½
H = 20.7% cold work or 0.232 true strain
H
= 29.4% cold work or 0.347 true strain
As metals work harden
|
||
High strength tempers
|
Low
strength
tempers
|
|
Capacity
for strain hardening has already been used
|
High
|
Low
|
Remaining
capacity for
Work
hardening
|
Low
|
High
|
Formability
|
Low
|
High
|
n values
|
Low
|
High
|
Yield strength
|
High
|
Low
|
k value
|
High
|
Low
|
PROSES PELUNAKAN PADA PENGERJAAN
PANAS
Aniliasi ( pelunakan )
coran dilakukan dengan memanaskanya sampai temperatur yang cukup tinggi
kemudian didinginkan perlahan-lahan dalam tungku yang dipakai untuk melunakan.
Dalam proses anealing baja harus dipanaskan melalui suhu pengkristalan kembali
untuk membebaskan tegangan–tegangan dalam baja.Kemudian mempertahankan
pemanasanya pada suhu tinggi untuk membuat sedikit pertumbuhan butir–butiran
dan suatu struktur austenit,seterusnya didinginkan secara perlahan-lahan untuk
membuat suatu struktur perlit.Baja menjadi cukup lunak sehingga dapat
dikerjakan dengan mesin.Baja anil kurang keuletanya dibandingkan dengan hasil
laku panas lainya akan tetapi baja anil membentuk geram yang baik sewaktu
pemesinan.
Fenomena superplastisitas pada material logam paduan ( alloy )
telah menarik banyak perhatian para peneliti material dan komunitas industri
selama 30 tahun terakhir, setelah sebelumnya, fenomena superplastisitas ini
diamati oleh Pearson pada tahun 1934. Bahkan pada saat ini, sifat superplastisitas
telah dipelajari pada berbagai material, seperti: material intermetalik,
keramik dan komposit matriks metal ( metal matrix composites ).
Superplastisitas adalah fenomena yang terjadi pada
suatu bahan, dimana pada kondisi tertentu, yaitu pada laju regangan dan
temperatur tertentu, bahan tersebut dapat memperlihatkan keuletan atau
deformasi perpanjangan yang sangat tinggi. Fenomena ini pada awalnya ditemukan
pada material gelas pada saat dipanaskan, dimana material gelas pada kondisi
panas tersebut dapat mengalami perpanjangan yang cukup besar tanpa putus.
Penelitian tentang superplastisitas pada logam
paduan mulai dilakukan oleh Pearson pada tahun 1934, yang melaporkan deformasi
perpanjangan yang sangat luar biasa, yaitu sebesar 1950% diamati pada logam
paduan Bi-Sn.
Sifat
superplastisitas yang dapat dibangkitkan pada berbagai logam paduan pada
kondisi temperatur dan laju regangan tertentu dapat digunakan untuk proses
pembentukan material tersebut kedalam geometri suatu cetakan yang telah ditentukan
sebelumnya. Proses pembentukan superplastis atau dalam terminologi Inggris
dikenal dengan Superplastic Forming (SPF) dikembangkan untuk dua
tujuan utama.
Pertama adalah
membentuk komponen yang tunggal tanpa sambungan ( single piece components ),
dimana adanya sambungan merupakan titik lemah dan dapat menambah berat
komponen. Untuk itu diperlukan material sangat ulet yang dapat dibentuk menjadi
komponen rumit tanpa cacat.
Kedua adalah untuk
memperoleh hasil proses yang mendekati bentuk akhir ( near net shape
components ). Disamping itu, penggunaan teknik penyambungan diffusion
bonding (DB) bersamaan dengan superplastic forming (SPF) yang
dikenal dengan SPF/DB menawarkan suatu teknik pembentukan yang menghasilkan
komponen struktur yang terintegrasi secara utuh, lebih kaku dan sekaligus
mendekati bentuk akhir komponen, dengan demikian mengurangi biaya pengerjaan
dengan mesin lebih lanjut.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian
kekerasan material yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Struktur-mikro bahan
logam paduan Aluminium 7475 setelah mengalami proses pembentukan SPF selama
13,0 menit pada temperatur 515 o Celcius berbentuk equiaxed dengan
ukuran yang relatif seragam dari sisi kubah sampai puncak kubah, dimana ukuran
butir rata-rata adalah sebesar 15,0 mikron.
Nilai kekerasan
Vickers bahan logam paduan Aluminium 7475 setelah mengalami proses pembentukan
SPF selama 13,0 menit pada temperatur 515 o Celcius mempunyai nilai yang
praktis seragam dari sisi kubah sampai pusat kubah, yaitu rata-rata sebesar
66,65 HVN dibandingkan dengan nilai kekerasan 123,2 HVN sebelum proses
pembentukan SPF dilakukan.
Dengan
demikian, dibandingkan dengan nilai kekerasan Vickers awal sebelum dilakukan
deformasi SPF, diperoleh bahwa telah terjadi penurunan nilai kekerasan Vickers
pada logam paduan Aluminium 7475 sebesar 56,55 HVN atau 84,85% setelah proses
pembentukan SPF dilakukan. Penurunan nilai kekerasan Vickers ini terjadi karena
pada bahan Aluminium 7475 mengalami proses pelunakan ( softening
) selama proses pembentukan SPF dilakukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar